Mengenal Budaya Patriarki, Kesetaraan Gender dan Kaum Feminis


Well... kali ini gue mau coba bahas tentang Patriarki. Mungkin ada beberapa dari pembaca yang jarang dengar dan bahkan asing dengan kata patriarki. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam peran kepemimpinan politik, otoritas moral, hak sosial dan penguasaan properti. (Sumber: wikipedia) Jadi, dalam budaya patriarki ini, selalu menjunjung tinggi derajad laki-laki sebagai pemimpin yang harus dijunjung tinggi dan dilayani oleh perempuan. Budaya ini sudah lama menjamur dan mendarah daging terutama dalam masyarakat indonesia. Kebetulan sendiri gue hidup dan lahir dalam lingkungan suku jawa. Nah... di dalam budaya jawa juga menurut kacamata gue cukup kental budaya patriarkinya. Seperti perempuan harus patuh dan taat kepada laki-laki. Perempuan juga dituntut untuk kalem, rajin dan pandai masak. Bukan, bukan tidak baik. Hal yang disebutkan diatas sungguh baik. Akan tetapi dengan kata “dituntut” itu seperti keharusan yang wajib dimiliki dan tidak jarang pula men”label” tidak baik atau tidak sempurna jika tidak memenuhi hal-hal tersebut. 
Laki-laki dan perempuan adalah dua macam manusia yang diciptakan oleh pencipta. Sebagai manusia yang sama-sama diciptakan maka sudah seharusnya masing-masing mempunyai hak yang sama. Yaitu hak untuk menentukan jalan hidup dan pemikirannya masing-masing. Bebas menentukan keinginan dalam hidupnya tapi tentunya dengan kebebasan yang sewajarnya dan tetap memenuhi norma agama agar hidup tetap terarah.

Kesetaraan gender, dikenal juga sebagai keadilan gender, adalah pandangan bahwa semua orang harus menerima perlakuan yang setara dan tidak didiskriminasi berdasarkan identitas gender mereka, yang bersifat kodrati. Ini adalah salah satu tujuan dari Deklarasi Universal Hak asasi Manusia, PBB yang berusaha untuk menciptakan kesetaraan dalam bidang sosial dan hukum, seperti dalam aktivitas demokrasi dan memastikan akses pekerjaan yang setara dan upah yang sama. Dalam praktiknya, tujuan dari kesetaraan gender adalah agar tiap orang memperoleh perlakuan yang sama dan adil dalam masyarakat, tidak hanya dalam bidang politik, di tempat kerja, atau bidang yang terkait dengan kebijakan tertentu (sumber: wikipedia
Tidak melulu harus laki-laki yang menjadi pemimpin dalam organisasi, perempuan juga boleh dan bisa menjadi pemimpin dalam organisasi. Begitu pula dalam hal memasak, tidak melulu harus wanita yang memasak, laki-laki pun mempunyai hak jika memang menyukai bidang tersebut. Chef-chef sekarang yang terkenal pun didominasi oleh laki-laki. Kembali lagi seperti penjelasan diatas, intinya sebagai sesama manusia, bebas menjalankan hak kehidupannya di dunia ini.

Nah... dalam upaya mewujudkan penghapusan budaya patriarki dan tentunya mengaplikasikan kesetaraan gender, kaum perempuan barat mulai menyuarakan feminisme. Apa itu feminisme? Feminisme adalah serangkaian gerakan sosial, gerakan politik, dan ideologi yang memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mendefinisikan, membangun, dan mencapai kesetaraan gender di lingkup politik, ekonomi, pribadi, dan sosial. Feminisme menggabungkan posisi bahwa masyarakat memprioritaskan sudut pandang laki-laki, dan bahwa perempuan diperlakukan secara tidak adil di dalam masyarakat tersebut. Upaya untuk mengubahnya termasuk dalam memerangi stereotip gender serta berusaha membangun peluang pendidikan dan profesional yang setara dengan laki-laki. (sumber: Wikipedia)
Para perempuan berkumpul menyuarakan dan memperjuangan kesetaraan gender mereka terhadap kaum laki-laki. Selain menyuarakan kesetaraan gender, kaum feminis juga membantu para perempuan lain yang terjebak dalam budaya patriarki yang membuat terkekang. Serta tidak jarang membantu perempuan yang telah atau sedang mengalami kekerasan yang dilakukan oleh laki-laki. Karena dengan budaya patriarki yang perempuan harus mematuhi perintah laki-laki, sering pula laki-laki menjadi sosok yang penuh kekuasaan dan dapat melakukan perbuatan sesukanya dan ada pula yang melakukan kekerasan terhadap perempuan. Disini lah peran kaum feminis yaitu saling menguatkan dan membantu para perempuan yang tertindas dan merasa lemah dibanding laki-laki. Bukan untuk dianggap lebih tinggi dibanding laki-laki, tetapi hanya untuk mensejajarkan hak kemanusiaan yang ada.

Share:

3 comments:

  1. Pembelaan yg cukup bagus 👏🙂
    Dalam segi ilmu,politik dan teknologi wanita memang diharuskan untuk bersaing dengan laki2, tapi dalam segi agama dan sosial wanita tetap wanita yaitu seorang istri n ibu.
    Masalah di kekang atau tidak nya kembali ke diri masing2 lagi. CMIIW 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tapi kalau dilihat dari budaya patriarki, wanita tidak bisa menyuarakan pendapat nya apalagi untuk bisa bersaing dalam segi ilmu, politik dan teknologi dengan laki-laki. Jangan salah masih banyak wanita diluar sana yang terikat oleh budaya patriarki itu.
      Benar memang wanita diciptakan beberapa untuk menjadi istri dan ibu, wanita pun akan menjadi yang terbaik jika ia diperlakukan baik dan sebagaimana mestinya.
      Disini intinya, wanita tidak ingin dianggap lebih rendah tapi ingin dianggap setara dan adil.

      Delete
    2. Wanita yang terikat oleh budaya tsb karena mereka tidak melihat dunia luar dan tidak berani melakukan sesuatu.
      Wanita tidak akan dianggap rendah oleh pria jika wanita tsb mandiri dan cerdas / luas pemikirannya.
      Tapi itu semua kembali lagi deh ke manusia itu sendiri.
      Oh iy kalau laki2 memasak tidak ada yg salah juga, karena hoby/bakat setiap orang berbeda.

      Delete