Cara Memilih Saham Yang BAGUS

 Hello fellas...

Kali ini gue mau coba buat catatan untuk diri sendiri dan untuk kalian juga yang (siapa tahu) perlu, well sejujurnya ilmu keuangan dan persahaman gue masih sangat minim so disini gue mau catet sedikit hal yang pernah gue cari dan pelajari semoga bermanfaat.

1. PRICE EARNING RATIO (PER) ⇒ Menunjukan berapa lama laba perusahaan bisa menutupi harga pembelian kita. Syaratnya "Semakin Kecil, Semakin Bagus"

2. PRICE BOOK VALUE (PBV) ⇒ Perbandingan antara kekayaan perusahaan vs harga yang kita bayar. Syaratnya "Semakin Kecil, Semakin Bagus"

3. Return Of Equity (ROE) ⇒ Laba terhadap modal sendiri. Syaratnya "Semakin Besar, Semakin Bagus"

4. Debt to Equity Ratio (DER) ⇒ Perbandingan antara jumlah hutang dengan jumlah modal perusahaan. Syaratnya "Semakin Kecil, Semakin Bagus"

5. Gross Profit Margin (GPM) ⇒ Berapa besar laba yang didapat. Syaratnya "Semakin Besar, Semakin Bagus"

6. Net Profit Margin (NPM) ⇒ Keuntungan laba bersih perusahaan. Syaratnya "Semakin Besar, Semakin Bagus"

7. Earning Per Share (EPS) ⇒ Jumlah laba bersih yang diperoleh per lembar saham yang beredar. Syaratnya "Semakin Besar, Semakin Bagus"

8. Dividend Yield (DY) ⇒ Keuntungan yang dibagikan perusahaan kepada pemegang saham. Syaratnya "Semakin Besar, Semakin Bagus"

Untuk menyortir saham apakah saham tersebut bisa dibilang BAGUS biasanya gue memakai cara ini :

1. ROE harus "lebih besar" dari 15%
2. PER (10 Tahun) harus "lebih kecil" dari 16x
3. DER harus "lebih kecil" dari 40%
4. Net income harus "Positif"
5. Piutang usaha tidak boleh lebih dari 2 bulan
6. Stock tidak boleh lebih dari 60 hari atau 2 bulan

Tiada Kata Terlambat Untuk Buka Mata Daripada Terus Buta Mata

 


Well hello there!!! Tahun baru, postingan baru di  Tahun 2021 ini. lama ku tidak bercerita mengungkapkan kata walau sering kali terbata. Tahun baru biasanya selalu dimulai dengan resolusi baru. Dan untukku rencananya setelah cuap-cuap basi ini akan ada beberapa konten yang insya allah berisi tentang catatan keuangan. Selain sebagai catatan pribadi sebagai pengingat dan semoga nantinya berguna juga untuk yang lain juga. 

Sebagai awalan/intro disini aku mau cerita tentang keterbukaan mataku tentang financial planing. Ya, mungkin memang sedikit terlambat untuk aku yang sudah 4 tahun kerja ini baru sadar akan pentingnya mengatur keuangan. Tapi tidak ada kata terlambat untuk belajar, bukan. 

Tahun 2020 adalah tahun yang cukup membuat gempar untuk semua umat manusia. Adanya Covid-19 membuat semua menjadi berjuang lebih keras untuk bertahan hidup. begitu pula dengan keuangan yang goyah karena adanya pandemi dan pembatasan sosial. Hal itulah yang membuatku sedikit demi sedikit terbuka mata untuk berjuang lebih keras mengatur keuangan agar pandemi dan #stayhome bisa dijalani dengan tenang. Didukung pula dengan munculnya di beranda youtube ku tentang cara mengatur keuangan dan pentingnya dana darurat.

Dana darurat adalah dana yang tersedia saat kita memerlukan uang pada keadaan genting. Dana darurat yang ideal adalah 6x pengeluaran per bulan untuk single, 12x pengeluaran per bulan untuk double/pasangan dan terus kelipatannya jika memiliki anak. Dana daruratku sendiri baru dimulai tahun 2020, saat sedang berjuang untuk dana darurat kebetulan aku pun terjangkit virus hits 2020 ini (mungkin ini juga nanti akan ku buat cerita detail lain waktu) Dana daruratku yang baru mulai terkumpul sangat berguna untuk menjalani isolasi mandiri saat itu. Mulai dari setelahku pulih, aku benar-benar terbuka mata akan pentingnya mengatur keuangan apalagi saat keadaan darurat. better late than never, right?

Sambil ku kumpulkan lagi dana darurat yang telah terpakai, aku terus belajar dari para influencer instagram maupun youtube. Di instagram aku dapat beberapa akun penting yang sering mengajarkan tentang cara mengatur keuangan seperti @financialku_com , @feliciaputritjiasaka dll. Dari mereka aku pun jadi tahu macam-macam produk keuangan dengan berbagai macam return seperti SBR, ORI, Reksadana sampai Saham. Di catatan selanjutnya mungkin aku akan bahas tentang Reksadana dan Saham karena baru dua itu yang aku pelajari.

Nah kembali lagi dengan Dana Darurat, aku sendiri setuju dengan kata-kata @feliciaputritjiasaka bahwa dana darurat itu bisa di alokasikan dengan porsi 50:50 untuk tabungan/direkening dan Reksadana Pasar Uang. Sekian dulu, nanti berlanjut dengan pembahasan yang sedikit berbobot sebagai catatan bersama 😉